Minggu pagi yang
cerah. Hari ini aku berniat memasak buat suami dan anakku, mumpung hari libur.
Maklum, tidak setiap hari aku sempat memasak karena aku juga bekerja. Setelah
mandi dan berganti baju akupun berpamitan pada suamiku.
”Hati-hati,
jalanan ramai…oya, jangan lupa belikan telur puyuh buat Naufal” pesannya seraya
mengeluarkan motor yang akan kupakai. Aku mengangguk mengiyakan. Kulihat
dikamar Naufal anakku semata wayang masih tertidur pulas. Mungkin dia kelelahan
karena semalam kuajak silaturahmi ke rumah famili hingga larut malam. Segera
kupacu motor menuju pasar tradisional yang berjarak 2 km dari rumahku.
Tiba di sana
ternyata pasar telah ramai pengunjung,padahal hari belum terlalu siang. Aku
segera memarkir motorku, kulihat area parkir telah terisi separuhnya. Di dalam
pasar suasana hiruk pikuk pedagang dan pengunjung bercampur menjadi satu.
Saling tawar menawar harga, dan sesekali juga terdengar suara tangis anak-anak
entah berasal dari sebelah mana. Aku mulai memilih sayuran yang akan kumasak
nanti.
”Masak sup ayam
aja,dikasih telur puyuh Naufal pasti suka” usul suamiku waktu kutawarkan mau
masak apa hari ini.Ya,Naufal memang paling suka telur puyuh.Terbayang betapa
lahapnya nanti saat dia menyantap masakan yang kubuatkan.
*****
Tak terasa
hampir setengah jam aku berada didalam pasar,tas belanjaku juga hampir
penuh.Rasanya sudah cukup,sayur-sayuran sudah terbeli semua,buah jeruk kesukaan
suamiku juga sudah kubeli.Aku memutuskan untuk segera pulang,apalagi Naufal
tidak kuajak,jika dia bangun pasti mencariku.Bergegas aku menuju tempat parkir
mengambil motorku.Sedang sibuk aku menata barang belanjaku,kudengar suara
seseorang memanggil.
“Mbak…!”
teriaknya sambil berjalan kearahku. Aku mengerutkan keningku,wanita itu sepertinya
aku tadi melihatnya,tapi siapa ya?aku sibuk mengira-ngira.Sementara dia telah
tiba didepanku dengan nafas yang masih sedikit terengah-engah.
”Mbak,tadi uang
kembaliannya belum” katanya sambil mengulurkan empat keping ratusan rupiah.
Aku jadi
ingat,wanita setengah baya didepanku ini adalah penjual sayuran yang aku beli
tadi.Karena buru-buru aku lupa menerima uang kembalian darinya.
Jika
kuingat-ingat,cukup lama jarak waktu antara aku membeli sayurannya dengan dia
memberikan uang kembalian itu.Mungkin selama itu pula dia berkeliling pasar
mencariku hingga akhirnya menemukan aku di tempat parkir ini.Mungkin juga
dagangannya dia tinggalkan begitu saja yang berarti diapun kehilangan beberapa
orang pembeli karena dia tidak ada ditempatnya.
.Aku jadi merasa
bersalah.
”Maaf Bu,saya
telah merepotkan.Sebenarnya ibu tidak perlu mencari saya,uang itu bisa ibu
ambil buat ibu” kataku akhirnya.
”Nggak Mbak,ini
uang mbak…..saya wajib mengembalikannya” katanya sambil menyelipkan uang itu
dalam genggamanku.
”Sudah Mbak,saya
mau jualan lagi…” pamitnya seraya buru-buru melangkahkan kaki menuju ke dalam
pasar.
Sebentar
kemudian wanita itu telah hilang dari pandanganku,menyelinap diantara
orang-orang yang berada didalam pasar.Tinggallah aku termangu memandangi uang
yang ada dalam genggaman tanganku.
Ya,empat ratus
rupiah…hanya senilai itu.Tapi dengan tulusnya dia rela bersusah payah
mencariku,dia juga rela kehilangan pembeli,hanya untuk mengembalikan sesuatu
yang ia merasa bukan haknya untuk memilikinya.Padahal jika tidak dikembalikan
akupun mengikhlaskannya.
Aku
membayangkan,seandainya aku menjadi ibu itu apakah aku mau bersusah payah dan
rela kehilangan pembeli hanya untuk mengembalikan uang sebesar empat ratus
rupiah.Belum tentu aku mau melakukannya,mungkin aku masih perlu berpikir lama
untuk melakukannya.
Bukan nilai uang
itu yang menjadi perhatianku,tapi niat baik yang dimiliki ibu itu.Apalah arti
empat ratus rupiah,untuk membayar uang parkirpun masih kurang seratus
rupiah.Tapi kejujuran dan ketulusan yang dimilikinya menjadi sebuah pelajaran
berarti bagiku.Bahwa sekecil apapun nilainya jika memang bukan milik kita,sudah
seharusnya kita kembalikan kepada yang memilikinya.
Duh ibu…betapa
mulia hatimu,aku salut dan terharu dengan kejujuranmu.Semoga Allah senantiasa
melapangkan rizkimu,melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepadamu.Dan semoga pula
aku bisa menanamkan nilai-nilai kejujuran kepada buah hati kecilku kelak.Amiin…

Tidak ada komentar:
Posting Komentar